Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Selasa, 20 Januari 2009

Gangguan Bipolar: Manik-Depresif


Baik, kita sudah sedikit berkenalan tentang mood dan salah satu gangguan modd yaitu depresi. Dalam dunia kedokteran, depresi termasung gangguan mood unipolar, hanya ada satu jenis perubahan patologis mood, yaitu mood yang terdepresi. Tetapi, pada 1 – 1,6% penduduk dunia, ternyata pada suatu saat, tidak hanya depresi, tetapi juga mengalami modd yang meningkat, yang disebut episode manik atau mania. Gangguan ini digolongkan ke dalam gangguan modd bipolar. Ada dua jenis yaitu Bipolar I dan Bipolar II. Pada kesempatan ini, kita akan membicarakan khusus Bipolar I, karena ini yang tersering.

Pada gangguan mood bipolar I, penderitanya tidak hanya mengalami depresi, tetapi pada suatu saat akan mengalami episode manik, sedangkan pada bipolar II, tidak ada episode manik, hanya hipomanik (tidak separah manik). Cukup sulit untuk membedakan antara manik dan hipomanik, tetapi dapat dikatakan, situasi manik jauh lebih parah dibanding hipomanik. Oleh karena itu, pembicaraan kita akan fokus pada gangguan bipolar I saja.

Apa itu?
Gangguan bipolar I adalah salah satu gangguan jiwa paling serius dan akan berlangsung seumur hidup pada 0,4 sampai 1,6% penduduk dunia. Tidak seperti depresi yang kebanyakan penderitanya adalah wanita, gangguan bipolar I (dan II) perbandingan jumlah penderita pria dan wanita sama. Onset atau awal mula tampak gejala gangguan bipolar I bervariasi dari anak-anak sampai usia lanjut, tetapi rata-rata lebih awal dibanding depresi.

Penyebabnya
Penyebab genetis dan keturunan diajukan oleh sejumlah ahli, tetapi masih tetap kontroversi. Sejumlah studi membuktikan bahwa kejadian gangguan bipolar I banyak terjadi di dalam suatu keluarga, terutama keluarga inti. Sejumlah bukti juga mengarahkan gen X yang membawa kelainan ini dan masih menjadi bahan perdeatan yang hangat. Jadi mengenai penyebab dan mekanismenya masih belum jelas betul, tetapi sudah terbukti bahwa stress dan amsalah psikososial merupakan factor pencetus utama episode manik.

Apa itu manik?
Depresi sudah dibicarakan panjang lebar sebelumnya. Depresi pada gangguan bipolar baik tanda dan gejela serta factor pencetusnya sama dengan ganguan depresif mayor.
Diagnosa gangguan bipolar I ditegakan bila muncul episode manik baik didahului oleh episode depresi, maupun tidak. Tetapi episode depresi bisa datang setelah episode manic. Tidak seperti depresi yang dapat terjadi sendiri (tidak harus diikuti oleh episode manik), episode manic pasti diikuti atau didahului oleh episode manik.

Seseorang dikatakan dalam episode manik bila paling sedikit satu minggu mengalami
tanda dan gejala sebagai berikut:
1. rasa harga diri yang tinggi secara berlebihan. Ia merasa dirinya paling hebat, paling wah segalanya dan dapat melakukan apa saja.
2. Selalu gembira secara berlebihan
3. Gangguan tidur, yaitu ia tidak membutuhkan waktu tidur banyak-banyak. Cukup3 – 4 jam sehari, tetapi ia tidak merasa kelelahan.
4. Biacaranya cepat, kata-kata fdan idenya banyak secara berlebihan
5. Perhatiannya gampang teralih. Belum selesai dengan satu hal sudah tertarik dengan hal lain. Semacam hiperaktif.
6. Aktivitasnya berlebih: masak dalam jumlah berlebih, arisan, shopping terus menerus, membagi-bagi uang atau barang ke orang-orang.
7. Nafsu seksual yang meninggi dan cenderung mengarah ke hal yang aneh-aneh

Kesemuanya itu menyebabkan baik dirinya maupun orang lain menjadi terganggu.
Tetapi masalahnya, jika ia dalam episode manik, ia tidak sadar dirinya “memerlukan bantuan” apalagi mencari bantuan. Ia tidakmenyesal melainkan gembira luar biasa. Tetapi orang-orang sekitar pasti akan memperhatikan bahwa ia “aneh” atau “tidak biasanya” karena hal ini bisa saja terjadi tiba-tiba.

Kemudian setelah episode manik, seseorang mungkin akan mengalami fase”tenang” atau langsung berbalik 180 derajat memasuki episode depresi dengan tanda-tanda dan gejala-gejala yang sudah dibicarakan sebelumnya.

Mengapa berbahaya?
Gangguan bipolar I merupakan salah satu gangguan jiwa paling berbahaya karena angka bunuh diri dalam kasus ini lumayan tinggi. Sedikitnya 10 sampai 15% penderitanya berakhir dengan bunuh diri. Oleh karena itu sangat pentng untuk mengenali tanda-tanda dan gejala-gejala gangguan ini supaya jika seseorang ternyata memang mengalaminya, maka ia dapat segera mendapat pertolongan dan mengontrol gangguan ini.

Selain itu, pada episode manik, penderita dapat menjadi sangat agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi dengan orang lain. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat mudah marah.Bisa-bisa pembunuhan terjadi jika membunuh adalah salah satu kesenangannya.

Bagaimana menghadapinya?
Para penderita gangguan bipolar sangat membutuhkan pertolongan. Ditegaskan sekali lagi bahwamungkin para penderitanya memiliki “insight” atau kesadaranbahwa dirinya memerlukan pertolongan sedemikian lemah dan sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya.

Secara umum, harus dinilai status kegawatdaruratan penderita. Setelah berkonsultasi dengan seorang dokter ahli kejiwaan, dokter kemudian akan menentukan apakah penderita ini perlu untuk rawat inap atau tidak.

Berikut criteria-kriteria pasien-pasien yang memerlukan rawat inap:
- Ada resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang serius dan ide spesifik dengan rencana menghilangkan bukti. Selain itu, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian. Juga penderita dengan manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami kelelahan yang hebat.
- Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa orang lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan.
- Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali
- Tidak dapat diarahkan sama sekali.
- Kondisi medis yang harus dimonitor : misalnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medis, dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

Mungkin seseorang yang mengalami gangguan bipolar I harus meminum obat sepanjang sisa hidupnya. Namun hal ini akan lebih baik dalam mengendalikan keadaan jiwanya sehingga diharapkan ia dapat hidup se”normal” mungkin. Mereka benar-benar membutuhkan dukungan kita dan pertolongan. Jika ada seseorang yang kita kenal menunjukan tanda dan gejala ke arah gangguan bipolar ataupun depresi, sejogjanya kita selalu mendukungnya dan mengarahkan agar ia mendapat petolongan.

9 komentar:

  1. tapi padahal penderita gangguan bipolar 1 keliatan yg merasa paling pintar dan berlebih, koq bisa tiba2 sering terjadi kasus bunuh diri dsbnya ya? kayaknya rii ada satu temen yg mirip seperti itu..

    BalasHapus
  2. kenapa bisa begitu emang panjang ceritanya Rii, dan masih jadi bahan perdebaan para ahli. Lebih dari depresi, bipolar emang jauh lbh rumit. tapi tadi ada dicoba dijelasin sih, kan ada fase manik ada depresif. nah kalo fase depresif ini kemungkinan bunuh diri paling besar, kalo manik kemungkinan membunuh paling besar

    gitu rii

    ^^

    BalasHapus
  3. Keren2...
    Tmen gw kykna ada gejala2 ini de...
    Btw, ini sama dengan kepribadian ganda gag sh?
    Temen gw tuh da yang dalam dirinya ada 2 pribadi, tp dy sadar kalo berubah jd the other nya...

    BalasHapus
  4. beda sekali, vlad
    kalau kepribadian ganda itu gangguan kesadaran, kalau bipolar ini gangguan mood. Bedanya jauh banget

    BalasHapus
  5. bipolar bukan kepribadian ganda
    kalo kepribadian ganda itu namanya Multiple Personality Disorder.
    baca bukunya 24 wajah Billy deh, itu ttg kepribadian ganda :)

    BalasHapus
  6. Saya seorang penderita depresi bipolar sejak tahun 2003. Tapi baru mendapat pengobatan dari psikiater tahun 2008 kemaren. Karena terlambat didiagnosis saya sempat tinggal di RSJ selama 2 minggu juga di tahun 2008. dari situ saya dan keluarga sadar depresi yang saya derita bukan depresi biasa. Kini saya bisa hidup normal dan melanjutkan kuliah yang tertunda berkat pengobatan&konsultasi rutin dengan psikiater. Hidup dengan penyakit ini mengajari saya banyak hal, walau banyak orang menganggap saya gila, aneh, psiko...tapi saya yakin penyakit ini bisa disembuhkan.

    BalasHapus
  7. gimana cara kita menghadapai pasangan yang mengalami bipolar ini?

    dukungan seperti apa?

    BalasHapus
  8. Ary Andromeda7/12/2010 9:07 AM

    Sekedar sharing untuk membantu penderita ... berdasarkan riset, 85% penyakit bermula dari pola pikir yang lebih lanjut mempengaruhi emosi.Salah satu alternatif pengobatannya adalah dengan terapi untuk menghilangkan emosi negatif. Dan begitu emosi negatif bisa ditangani dengan baik, proses kesembuhan pasien berangsur-angsur akan terjadi secara cepat. Coba kunjungi www.emofree.com atau www.adiwgunawan.com. Atau kalau kurang jelas silahkan hubungi saya di 0818 868 727

    BalasHapus
  9. Aku salah satu penderita gangguan bipolar. Kalau mood lagi meningkat aku suka menulis artikel atau apa saja. Bisa dilihat di blog http://hypomaniadepression.blogspot.com/

    BalasHapus